Sunday, February 26, 2012

Meneladani Ibunda Fathimah Az Zahra


sumber gambar : dari sini


Oleh : Mutiara Indriani Wibowo

Beliau adalah putri bungsu dari Rasulullah, istri dari wali Allah swt Imam Ali, dan ibunda dari Hassan dan Husain. Perilaku beliau patut untuk diteladani dan dicermati oleh para wanita muslim, terutama bagi kita semua yang bersama-sama dalam langkah menuju kesempurnaan yang hakiki.

Penampilan terbaik Fathimah Az Zahra adalah ketika beliau beribadah. Ketika beliau bersujud dan rukuk dalam mimbarnya, cahayanya menerangi penduduk langit sebagaimana cahaya bintang-bintang menerangi penduduk bumi. Sebutan Az-Zahra melekat pada dirinya, karena cahaya yang dipancarkan oleh wajahnya pada Imam Ali di tiga waktu: di pagi hari laksana mentari, siang bagaikan rembulan dan sore hari ibarat bintang.

Setiap muslimah yang ingin mendapatkan cinta sejati dari Allah swt, tips nya adalah dengan mencintai ibunda Fathimah Az Zahra. Munculah pertanyaan-pertanyaan di benak saya. Bagaimana saya dapat mencintai ibunda Fathimah Az Zahra, sedangkan beliau telah tiada? Dapatkah saya mencintai seseorang yang belum pernah saya lihat, sentuh dan pegang sebelumnya?

Sebelumnya, saya ingin berbagi tentang besarnya kecintaan Rasulullah dan Allah swt terhadap ibunda Fathimah Az-Zahra. Dalam hal ini, Nabi Muhammad saw bersabda, “Putriku Fathimah az Zahra adalah wanita termulia di dunia dari wanita terdahulu dan akan datang. Ia adalah belahan jiwaku, cahaya mataku, buah hatiku dan jiwaku yang berada diantara dua pundakku. Ia adalah bidadari dalam benak manusia. Ketika ia berada di mihrabnya untuk beribadah pada Tuhannya, saat itulah Allah Yang Mahatinggi berfirman pada para malaikat-Nya, ‘Wahai para malaikat-Ku, lihat dan perhatikan hamba-Ku, Fathimah, penghulu para hamba-Ku yang sedang menghadap pada-Ku. Anggota tubuhnya bergetar karena takut pada-Ku dan dengan seluruh jiwa dan raganya, ia beribadah pada-Ku. Kalian menjadi saksi bahwa pengikutnya akan aku selamatkan dari api neraka”.

Besarnya cinta Allah swt pada ibunda Fathimah Az-Zahra tidak ayal lagi, merupakan cerminan dari tingginya tingkat spiritualitas yang dimiliki oleh Ibunda Fathimah Az-Zahra. Beliau seorang hamba suci, yang senantiasa ikhlas kepada Allah swt. Selalu berupaya agar setiap perbuatan dan perilakunya berada dalam jalan menuju kesempurnaan, manusia yang memahami dan dalam lindungan keikhlasan, serta terlepas dari beban belengu.

Allamah Majlisi pernah bersabda, “Fathimah adalah penghulu para wanita di alam raya baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Ketika ia beribadah di mihrabnya, 70 ribu malaikat menyampaikan salam padanya… dan berkata, ‘Wahai Fathimah, sesungguhnya Allah telah memilikimu, munyucikanmu, dan memuliakanmu dari wanita-wanita di dunia.”

Sehingga, dalam mengimani Allah swt sebaiknya saya tidak terlepas dari upaya mengimani ibunda Fathimah Az-Zahra. Beliau adalah pemberi syafaat bagi para pengikutnya, beliau adalah Muhaddatsah, yang diajak berbicara oleh Malaikat.

Abu Said al Khudri berkata, “Saat itu kami duduk bersama Rasulullah saw., seorang laki-laki dari jauh datang menghampiri Rasulullah saw dan memintanya untuk menjelaskan sebuah ayat yang berbunyi: istakbarat am mana minal alin. ‘Siapa mereka yang lebih mulia dan lebih tinggi ketimbang malaikat?’ Rasulullah saw. Bersabda, ‘Mereka adalah aku, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain yang berada di sisi arasy. Kami bertasbih dua ribu tahun sebelum Allah swt menciptakan Adam as. Dan para malaikat bertasbih dengan tasbih kami di saat Allah SWT menciptakan Adam as. Tidaklah mereka diperintahkan untuk bersujud kecuali karena kami… Oleh karena itu, kamilah pintu Allah SWT dan yang masuk melaluinya adalah orang yang mendapat petunjuk dikarenakan kami. Siapa yang mencintai kami, Allah akan mencintainya dan memasukkannya ke surga-Nya.. “

Dengan demikian, sudah pasti dan tidak dapat dipungkiri, bahwa satu-satunya jalan untuk masuk kedalam surga Allah swt adalah dengan mengikuti “petunjuk-petunjuk”-Nya dimuka bumi, salah satu “petunjuk”-Nya bagi kita kaum wanita muslimin yaitu Ibunda Fathimah.

Ketinggian level spiritual Ibunda Fathimah Az-Zahra adalah yang maksimal. Saya sebagai kaum awam tidaklah mungkin mencapai ketinggian level spiritualitas tersebut, dimana jiwanya telah ia pasrahkan pada kecintaan kepada Allah SWT. Ibunda Fathimah adalah pecinta sholat sampai kakinya memar-memar dan napasnya tersengal-sengal ketika sholat karena rasa takutnya. Keimanan seperti inilah yang membuatnya tentram, sebagaimana Allamah Thabathaba’I berkata: “Pada hakikatnya, manusia merasakan ketentraman diri kala menerima hal-hal yang dapat diterima. Hatinya akan tentram dengan hal itu. Dalam ketenangan dan ketentraman, manusia akan dapat berpikir dengan baik, dan dapat mengambil keputusan dengan benar. Ini adalah rahasia mengapa tidak ada kecemasan dalam diri Fathimah Az-Zahra dalam menghadapi gelombang kehidupan”.

Pada akhirnya, saya berkesimpulan bahwa untuk mencintai Ibunda Fathimah Az-Zahra, saya sebaiknya memahami dan belajar mencinta apa-apa yang dicintai oleh beliau. Teman-teman masih ingat kan, ketika kamu jatuh cinta pada seseorang dan berusaha menarik perhatiannya dengan pura-pura mencintai apa yang dicintainya? Iya kan? Bagaimana saya yang sama sekali tidak mengerti pertandingan sepak bola berpura-pura mengerti jalannya permainan, dan sangat heboh ketika tim kesayangan suami berhasil mencetak gol. Namun seiring berjalannya waktu, saya menjadi terbiasa menemani suami menonton pertandingan bola dan menjadi pendengar yang baik, sehingga sekarang saya bisa mengerti dan menikmati permainan bola. Sehingga untuk semakin dicintai oleh Allah SWT, sebaiknya cinta saya semakin menjadi-jadi kepada ibunda Fathimah Az-Zahra. Sehingga untuk meningkatkan level cinta saya kepada ibunda Fathimah Az-Zahra, sebaiknya saya lebih mencintai beribadah, lebih meningkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Saya dapat memulai dari hal-hal yang beliau lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, memakai wewangian ketika sholat, memperlama ruku, berdiri dan sujud, menangis, berdialog dengan lembut dan mengadu kepada Allah SWT, menghidupi sepertiga malam terakhir dengan tahajud, memuliakan dan mengutamakan tetangga, sholat di malam pengantin, mengingat-ingat beliau (sebagaimana saya mengingat-ingat pacar yang sekarang sudah jadi suami), serta berupaya mendidik dan membimbing masyarakat ke jalan Allah SWT. Semoga kita bisa semakin mencintai ibunda Fathimah Az Zahra dengan meneladani beliau . (Disarikan dari buku “Salat dan Amalan Fathimah az Zahra” karangan Abbas Azizi).