Monday, January 28, 2013

Sate Ayam

Resep sate ayam Inaq Atun

Bahan:
  • Sepasang dada ayam, dipotong kotak kecil,kira-kira 2 cm.
  • 2 sdm ketumbar
  • 2 sdm bawang putih bubuk
  • 2 sdt merica,garam
  • 1 sdm madu
  • 2 sdm kecap manis
  • 2 sdm selai kacang (pinda kaas)
  • Tusukan sate,rendam dalam air minimal 4 jam agar tidak mudah terbakar.

Cara membuat:

1.      Bahan di campur jadi satu, biarkan kurang lebih satu jam.
2.      Tusuki potongan daging ayam.
3.      Baluri dengan olive oil
4.      Bakar sampai matang.

Resep saos kacang:
  • 2 sdm minyak goreng
  • 150 gr selai kacang
  • 7 butir kemiri
  • 1 sdt terasi
  • 50 gr gula merah
  • Cabe merah dan cabe rawit sesuai selera.
  • 6 butir bawang merah kecil atau 2 buah shallot, Rajang kasar.
  • 3 siung bawang putih,Rajang kasar.
  • 150 ml air
  • 5 sdm kecap manis
  • 2 sdt garam.
Cara membuat saos kacang: 

1.      Tumis bawang merah,bawang putih dan cabe sampai layu.    
2.      Campur bahan yang ditumis dengan kemiri dan gula merah lalu haluskan.
3.      Panaskan minyak,tumis bumbu halus.
4.      Tambahkan selai kacang,aduk sebentar lalu masukkan air,kecap dan garam
5.      Masak sampai kental.


Sunday, January 27, 2013

Buktikan Cintamu!

sumber gambar dari sini



Hari Sabtu kemarin, tanggal 26 Januari 2013, muslimin Indonesia yang ada di Belgia, yang tergabung dalam wadah KPMI (Keluarga Pengajian Muslim Indonesia di Belgia), mengadakan pengajian bulanan seperti biasanya. Akan tetapi ada yang berbeda pada pengajian kali ini, selain kehadiran rombongan dari Federasi Muslim Eropa. Ada apakah gerangan? Tak lain adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ya Robbi sholli ‘ala Muhammad

Ya Robbi sholli ‘alaihi wasallim


Begitulah cuplikan sholawat yang dilantunkan oleh grup sholawat bapak-bapak diiringi dengan tabuhan rebana ibu-ibu Antwerpen, grup Al Hawa namanya. Kami pun mengikuti bacaannya dan terhanyut dalam suasana yang syahdu…

Sejenak pikiranku melayang ke sebuah negeri yang subur dan padat penduduk. Lingkungan yang cukup kukenal sejak lahir hingga besar, yaitu tanah airku tercinta, Indonesia. Suasana semarak di setiap perayaan Maulid Nabi sangat kurasakan.

Mulai acara pengajian umum, karnaval, aneka perlombaan Islami, bazar sampai saling berkirim makanan dilakukan. Meriaaah sekali!

Kami yang jauh dari tanah air pun, tak ingin kalah dalam menyemarakkannya, yakni dengan menggelar pengajian plus-plus. Meski semarak itu hanya dirasakan di sebuah aula KBRI, tempat pengajian ini diselenggarakan, semoga Allah meridloinya.

Entah sudah berapa kali kita mengikuti perayaan Maulid Nabi seperti ini. Sepuluh, dua puluh atau sudah lebih dari tiga puluh kali? Masya Allah… Sudahkah banyaknya perayaan ini sebanding dengan bertambah besarnya cinta kita kepada Rasulullah? Atau sebanding dengan semakin banyaknya sunnah Rasul yang kita kerjakan? Saya jadi ingat kebiasaan salah satu sahabat nabi, Umar bin Khothob ra. Beliau memiliki kebiasaan setiap Ramadhan, berkomitmen untuk menghilangkan satu kebiasaan buruk. Satu saja! Itu pun tidak mudah bagi orang yang tidak memiliki kesungguhan. Bagaimana dengan kita? Seandainya setiap maulid, kita berkomitmen untuk melaksanakan SATU saja dari sunnah Rasul secara istiqomah. Masya Allah...

Kita adalah umat Nabi Muhammad SAW. Kita mengaku mencintai kekasih-Nya. Namun, rasanya cinta tidak cukup hanya dikatakan. Cinta membutuhkan pembuktian!

Bagaimana cara membuktikan rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW?

1.      Mengimaninya
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman, “Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al-A’raf: 158)
Jadi, iman kepada rasul juga termasuk salah satu rukun iman, yang harus diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan amal perbuatan. Dalam arti, kita membenarkan bahwa rasulullah adalah utusan Allah yang diberi wahyu oleh Allah untuk kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia.

2.      Mencintainya
Mencintai Rasulullah adalah bukti kecintaan kita pada Allah. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Al Qur’an surat Ali Imran 31, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kalian tidaklah beriman, hingga kalian lebih mencintai aku dari orang tuanya dan anaknya. (HR. Bukhari)
Kita patut belajar mencintai Rasulullah ini kepada para sahabat. Sebut saja salah satu shohabiyah, Nusaibah binti Ka’ab atau Ummu Imarah. Beliau beserta suami dan anaknya rajin mengikuti peperangan, termasuk di perang Uhud. Sampai kemudian beliau terluka untuk melindungi Rasulullah. Beliau tidak lagi memperdulikan nyawanya, asal Rasulullah selamat. Hal ini dilakukan karena besarnya kecintaan beliau pada rasulullah SAW. Hingga Nabi SAW pun berdo’a agar Allah berkenan menjadikan Nusaibah dan anaknya menjadi sahabatnya di surga nanti.

3.      Mematuhinya
Kita hendaknya melaksanakan apa yang disukai Rasulullah dan menghindari apa yang dibenci beliau SAW.
Kita bisa mengingat dalam siroh, ketika turun perintah memakai jilbab bagi para muslimah. Dikisahkan para muslimah waktu itu, langsung mengambil korden-korden rumahnya untuk dipakai menutupi auratnya. Begitu pula ketika turun ayat tentang larangan minum khamr, dikisahkan jalan-jalan di Madinah dibanjiri khamr, karena semua muslim yang memiliki persediaan khamr, langsung menuangkan khamrnya di jalanan. Sungguh luar biasa, sami’na wa atho’na para sahabat terhadap Rasulullah.

4.      Bersholawat
Bagi orang yang jatuh cinta, biasanya suka menyebut-nyebut nama orang yang dicintai karena selalu teringat. Nah, bagi kita yang mengaku mencintai Rasulullah, hendaknya kita biasakan menghaturkan shalawat dan salam kepada beliau. Hal ini pun merupakan perintah Allah, sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an, surat Al Ahzab ayat 56: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. Mukmin yang ahli sholawat pun dijanjikan akan mendapatkan syafaat di yaumil akhir nanti.

5.      Membelanya
Rasulullah adalah junjungan kita dan uswah hasanah. Ketika beliau SAW dicela atau dihina, kita wajib membelanya. Menurut Syaikh Yusuf Qardhawi, dalam kondisi seperti ini hendaknya kita menghentikan dan bertindak sesuai dengan hukum/syari’at. Hendaknya kita bisa menjadikan kejadian ini sebagai sarana untuk memperkenalkan sosok Rasulullah SAW. Untuk sikap yang terakhir ini, kita bisa membagikan informasi tentang Rasulullah atau lebih baiknya lagi adalah kita menghidupkan sunnah rasul dalam keseharian, seperti yang telah dilakukan saudara kita di Inggris beberapa waktu yang lalu.

6.      Mengagungkannya
Kita hendaknya berupaya selalu mengagungkan rasulullah, di antaranya dengan menyebutkannya di awal do’a-do’a kita. Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa “Semua do’a itu terhalang, sampai dibacakannya shalawat”.

7.      Mencintai mereka-mereka yang dicintai beliau SAW
Ketika kita mengaku mencintai Rasulullah, sudah selayaknya kita mencintai orang-orang yang dicintai oleh beliau SAW. Kita hendaknya mengucapkan salam untuk mereka dan meneladaninya.
Dari Abdillah bin Mughafal, Rasulullah SAW bersabda, 'Takutlah kalian kepada Allah dalam bersikap terhadap sahabatku setelah masaku. Dan janganlah kalian menjadikan mereka sebagai tujuan (dalam celaan). Karena barang siapa yang mencintai mereka maka dengan cintaku aku mencintainya (mencintai orang yang mencintai sahabat). Dan barang siapa yang membenci mereka, maka dengan kebencianku, aku membencinya. Barang siapa yang menyakiti mereka, maka ia seperti menyakiti aku. Dan barang siapa yang menyakiti aku, hampir-hampir Allah mengazabnya. (HR. Tirmidzi)

8.      Berpegang pada “warisan” beliau SAW
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selamanya jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah” (HR Malik, Muslim dan Ash habal Sunan).

In syaa Allah dengan berupaya melaksanakan itu semua, cinta kita tak sekedar ucapan di bibir saja. Semoga Allah terus membimbing langkah kita.

Semoga kelak Allah mempertemukan kita dengan manusia yang paling mulia, junjungan kita, uswah hasanah kita, Rasulullah SAW di dalam jannah-Nya. aamiin yaa Robbal 'aalamiin.

wallohu a'lam bish showab

Sunday, January 13, 2013

Berdo'alah !



 sumber gambar : dari sini

  oleh : Della Kemalasari dan Tazkiyah Izzati


Sebagai manusia yang tanpa daya namun memiliki banyak keinginan, sudah selayaknya kita meminta pertolongan pada Dzat yang Maha Kuasa. Apalagi dalam banyak firman-Nya, Allah mempersilakan bagi hamba-Nya untuk "meminta". Mungkin yang jadi pertanyaan adalah bagaimana etika yang benar dalam berdo'a? Apakah ada kiat agar do'a kita dikabulkan? Dalam sebuah buku karangan Imam Ghazali yang berjudul "Kimiya-i-Sa'adat", beliau menguraikan tentang syarat-syarat dikabulkannya do'a dan adab berdo'a.


Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an surat Ghafir (40) ayat 60:"Berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” 
Dalam ayat ini, Allah menjamin bahwa doa-doa kita akan terkabul dengan syarat-syarat tertentu, misalnya dari sikap ketika kita berdoa. 

Sikap kita pada saat berdoa sebaiknya itu rendah hati (humble) terhadap Allah. Hal ini dibahas di surat Al A'raf ayat 55: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Sikap rendah hati dalam berdoa adalah memasrahkan diri kepada Allah. Para ahli ulama mendefinisikan bahwa doa adalah ekspresi tidak berdaya seorang manusia dan kebergatungan mutlaknya pada Allah dalam segala hal. Sehingga, berdoa adalah masa dimana manusia jujur dan menyadari ketidakmampuannya melakukan apapun tanpa rahmat dan bantuanNya.

Analoginya adalah seperti menyetir kendaraan. Kita berada di jalan Allah dan segala ketentuannya, tetapi dalam hal ini kitalah yang memegang kemudi. Kita bersikap pasrah di jalan Allah tapi kita harus yakin bahwa kita tidak akan kecelakaan, seperti halnya kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan. Semakin berulang kali dan sungguh-sungguh dalam berdoa, maka semakin cepat doa kita akan dikabulkan.

Menurut Imam Ghazali, ada beberapa hari-hari atau waktu-waktu mubarak yang mempermudah diijabahnya doa2 kita, antara lain:
  1. Yaumul urfa atau hari arafah (hari Haji)
  2. Pada bulan ramadan
  3. Pada waktu pagi dini hari
  4. Pada waktu tengah malam, sepertiga malam terakhir
Tapi hal ini tidak berarti, hari dan waktu lain selain yang tadi tidak boleh digunakan untuk berdoa.

Waktu dan aktivitas ketika doa menjadi lebih sakral dan lebih mudah terkabulkan, diantaranya :
  1. ketika berjuang di medan perang (ini konteksnya untuk para ghazi atau para pejuang iman).
  2. ketika turun hujan
  3. pada waktu sholat wajib (maksudnya sebelum dan sesudahnya)
  4. pada waktu diantara adzan dan takbir
  5. ketika dalam keadaan berpuasa
Etika atau tatacara agar doa kita lebih mudah terkabul
Ketika berdoa, ada gerakan tubuh yang disarankan oleh Imam Ghozali, yaitu mengangkat kedua tangan, dan setelah berdoa mengusap ke muka dan menyebut “Aamiin”. Gerakan ini bermanfaat untuk menguatkan iman. Dalam arti bahwa orang yang berdoa memiliki beberapa kemungkinan, antara lain:
  1. apakah doanya dikabulkan, atau, sesuatu yang baik dan bermanfaat akan segera terjadi?
  2. apakah dosanya dihapus?
  3. Tetapi, dalam hal ini, orang yang berdoa harus yakin 100% bahwa doanya akan dikabulkan. Imam ghozali "ud 'ulloha wa antum muuqinuuna bil ijaabahu" (artinya, berdoalah pada Allah sementara kamu yakin penuh doamu diterima)
  4. Do'a harus dibuat dengan sungguh-sungguh, doa yang kosong dan lalai tidak akan dikabulkan. Dengan kata lain khusyu', tetap fokus serta menghadirkan hati (khudhuril qalbi) di hadapan Allah. Maksudnya adalah, saat akan, sedang dan sesudah berdoa kita tetap fokus kepada Allah. Mulut, pikiran, hati dan tindakan dijaga dari kemaksiatan kepada Allah. Orang-orang yang tunduk, taat dan patuh kepada Allah lebih banyak doanya dikabulkan. 
  5. Doa harus teguh, gigih, terus menerus. Tidak baik kalau bersikap setengah hati, terutama jika sudah berdo'a lama-lama. Tidak baik setelah berdoa berulang kali lalu berpikir bahwa 'doa kita saya tidak berguna karena tidak pernah dikabulkan'.

Inti daripada do'a adalah “tidak pernah menyerah”. Karena, apa lagi yang bisa dilakukan manusia selain dari berdo'a kepada satu-satunya yang bisa mengabulkan doa. Hal ini adalah satu-satunya jalan agar doanya terkabul.
Imam G
hazali berkata bahwa di dalam do'a ada, terletak kesejahteraannya, karena tidak ada yang tahu waktu penerimaan doa. Katanya, "alhamdulillahilladzii bini' masshoolihat" (segala puji adalah untuk Allah, dan dengan bantuan-Nya-lah segala kebaikan menjadi sempurna)
. Daripada putus asa doanya belum terkabul, alangkah lebih baik jika berkata "alhamdulillahi 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah atas segala sesuatunya)

Sebelum berdo'a, ada beberapa tata cara yang sebaiknya kita perhatikan:
  1. Pujilah terlebih dahulu kemurnian dan keagungan Allah
  2. Minta ampun terlebih dahulu atas dosa, termasuk kalau ada kesalahan tata bahasa
  3. Kirim shalawat pada Nabi,
  4. Berdoa dengan tulus dan ikhlas
Dalam hal shalawat ini, nabi sudah mengatakan bahwa shalawat memberikan keuntungan pada pendoa, karena juga merupakan doa favorit pada Allah atas berkat berlimpah Allah pada nabi. Oleh karena itu, apa saja doa yang diminta dengan itu akan mendapat preferensi (lebih diutamakan) dibanding do'a-do'a yang lainnya.

Imam Ghazali mengatakan bahwa biasanya do'a tidak didengar karena:
  1. Kelalaian atau kesembronoan dalam hati: kelakuan kita yang masih tidak baik, lalai atau tidak menjalankan perintah Allah, atau bersikap sembrono, pelupa, dsb.
  2. Kegelapan dosa dalam hati: dosa-dosa yang telah lalu
Dulu Nabi Musa pernah berdo'a Istisqa dengan para pengikutnya,  beliau sampai 3 kali berdoa pada Allah supaya diberi ampun atas bencana kelaparan parah, tetapi do'a-do'anya tidak dikabulkan. Kemudian nabi dapat wahyu bahwa do'a-do'a tersebut tidak dikabulkan karena diantara para pendo'a ada pemfitnah dan para pedagang yang nakal (tidak jujur). Lalu nabi Musa memohon pada Allah untuk memberitahu nama-nama orang tersebut supaya tidak diikutsertakan dalam do'a. Lalu Allah bersabda, "Bagaimana kamu bisa mengharapkan Saya untuk melakukan hal yang dibenci dan dilarang?" Lalu nabi Musa mengumpulkan semua pendo'a bersama-sama dan meminta mereka untuk minta maaf / taubat pada Allah karena kejahatan mereka. Setelah mereka melakukannya, lalu datanglah hujan rahmat.

Sama juga disini diceritakan Hazrat Malik Bin Dinar (rahmatullah alaih) juga pernah pergi sholat berjamaah Istisqa untuk meminta hujan, tapi tidak diterima. Lalu dia diberi tahu "bagaimana do'amu dikabulkan, tetapi orang-orang yang ikut berdo'a bersamamu adalah orang-orang yang secara fisik tubuhnya murni bersih, tetapi isi perutnya penuh dengan hal-hal yang dilarang (alias haram), dan tangan-tangan mereka penuh darah (alias suka menindas dan bertindak sewenang-wenang)?."

Terkabulkannya do'a bisa melalui berbagai cara, yaitu: langsung dikabulkan oleh Allah, dihindarkan dari marabahaya, ditunda sampai pada saat yang tepat menurut-Nya dan dapat pula diberikan nanti di akhirat.

Semoga dengan memahami adab dan syarat keterkabulan do'a ini, sebagaimana yang telah diuraikan Imam Ghazali, kita dapat memperbaiki tata cara berdo'a kita sehingga do'a-do'a kita semua diijabah oleh Allah. Aamiin Allohumma aamiin

Wallohu a'lam bish showab

Sumber : Kimiya-i-Sa'adat (Alchemy of Eternal Bliss) oleh Imam Ghazali, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Asim Bilal