Hari Sabtu kemarin, tanggal 26 Januari 2013, muslimin
Indonesia yang ada di Belgia, yang tergabung dalam wadah KPMI (Keluarga
Pengajian Muslim Indonesia di Belgia), mengadakan pengajian bulanan seperti
biasanya. Akan tetapi ada yang berbeda pada pengajian kali ini, selain
kehadiran rombongan dari Federasi Muslim Eropa. Ada apakah gerangan? Tak lain adalah
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Ya Robbi sholli ‘ala
Muhammad
Ya Robbi sholli ‘alaihi
wasallim
…
Begitulah cuplikan
sholawat yang dilantunkan oleh grup sholawat bapak-bapak diiringi dengan
tabuhan rebana ibu-ibu Antwerpen, grup Al Hawa namanya. Kami pun mengikuti
bacaannya dan terhanyut dalam suasana yang syahdu…
Sejenak pikiranku
melayang ke sebuah negeri yang subur dan padat penduduk. Lingkungan yang cukup
kukenal sejak lahir hingga besar, yaitu tanah airku tercinta, Indonesia. Suasana
semarak di setiap perayaan Maulid Nabi sangat kurasakan.
Mulai acara
pengajian umum, karnaval, aneka perlombaan Islami, bazar sampai saling berkirim
makanan dilakukan. Meriaaah sekali!
Kami yang jauh dari tanah air pun, tak ingin kalah dalam
menyemarakkannya, yakni dengan menggelar pengajian plus-plus. Meski semarak itu
hanya dirasakan di sebuah aula KBRI, tempat pengajian ini diselenggarakan, semoga Allah meridloinya.
Entah sudah berapa kali kita mengikuti perayaan Maulid Nabi seperti
ini. Sepuluh, dua puluh atau sudah lebih dari tiga puluh kali? Masya Allah… Sudahkah
banyaknya perayaan ini sebanding dengan bertambah besarnya cinta kita kepada Rasulullah?
Atau sebanding dengan semakin banyaknya sunnah Rasul yang kita kerjakan? Saya
jadi ingat kebiasaan salah satu sahabat nabi, Umar bin Khothob ra. Beliau
memiliki kebiasaan setiap Ramadhan, berkomitmen untuk menghilangkan satu
kebiasaan buruk. Satu saja! Itu pun tidak mudah bagi orang yang tidak memiliki kesungguhan. Bagaimana dengan kita? Seandainya setiap maulid, kita berkomitmen untuk melaksanakan SATU saja dari sunnah Rasul secara istiqomah. Masya Allah...
Kita adalah umat Nabi Muhammad SAW. Kita mengaku mencintai
kekasih-Nya. Namun, rasanya cinta tidak cukup hanya dikatakan. Cinta
membutuhkan pembuktian!
Bagaimana cara membuktikan rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW?
1.
Mengimaninya
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman, “Katakanlah:
“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah
Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk.” (Al-A’raf: 158)
Jadi, iman kepada rasul juga termasuk salah satu rukun iman, yang harus
diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan amal
perbuatan. Dalam arti, kita membenarkan bahwa rasulullah adalah utusan Allah yang diberi wahyu oleh Allah untuk kemudian disampaikan kepada seluruh umat manusia.
2.
Mencintainya
Mencintai Rasulullah adalah bukti kecintaan kita pada Allah. Hal ini
sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Al Qur’an surat Ali Imran 31, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Rasulullah SAW
bersabda: Dari Abu Hurairah
ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya,
kalian tidaklah beriman, hingga kalian lebih mencintai aku dari orang tuanya
dan anaknya. (HR. Bukhari)
Kita patut belajar
mencintai Rasulullah ini kepada para sahabat. Sebut saja salah satu shohabiyah,
Nusaibah binti Ka’ab atau Ummu Imarah. Beliau beserta suami dan anaknya
rajin mengikuti peperangan, termasuk di perang Uhud. Sampai kemudian beliau terluka untuk melindungi
Rasulullah. Beliau tidak lagi memperdulikan nyawanya, asal Rasulullah
selamat. Hal ini dilakukan karena besarnya kecintaan beliau pada rasulullah
SAW. Hingga Nabi SAW pun berdo’a agar Allah berkenan menjadikan Nusaibah dan
anaknya menjadi sahabatnya di surga nanti.
3. Mematuhinya
Kita hendaknya
melaksanakan apa yang disukai Rasulullah dan menghindari apa yang dibenci
beliau SAW.
Kita bisa mengingat dalam siroh, ketika turun perintah memakai jilbab
bagi para muslimah. Dikisahkan para muslimah waktu itu, langsung mengambil
korden-korden rumahnya untuk dipakai menutupi auratnya. Begitu pula ketika
turun ayat tentang larangan minum khamr, dikisahkan jalan-jalan di Madinah
dibanjiri khamr, karena semua muslim yang memiliki persediaan khamr, langsung menuangkan
khamrnya di jalanan. Sungguh luar biasa, sami’na
wa atho’na para sahabat terhadap Rasulullah.
4. Bersholawat
Bagi orang yang jatuh
cinta, biasanya suka menyebut-nyebut nama orang yang dicintai karena selalu teringat. Nah, bagi kita
yang mengaku mencintai Rasulullah, hendaknya kita biasakan menghaturkan
shalawat dan salam kepada beliau. Hal ini pun merupakan perintah Allah,
sebagaimana difirmankan dalam Al Qur’an, surat Al Ahzab ayat 56: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bersholawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
dengan penuh penghormatan kepadanya”. Mukmin yang ahli sholawat pun
dijanjikan akan mendapatkan syafaat di yaumil akhir nanti.
5.
Membelanya
Rasulullah adalah junjungan kita dan uswah hasanah. Ketika beliau SAW
dicela atau dihina, kita wajib membelanya. Menurut Syaikh Yusuf Qardhawi, dalam
kondisi seperti ini hendaknya kita menghentikan dan bertindak sesuai dengan
hukum/syari’at. Hendaknya kita bisa menjadikan kejadian ini sebagai sarana
untuk memperkenalkan sosok Rasulullah SAW. Untuk sikap yang terakhir ini, kita
bisa membagikan informasi tentang Rasulullah atau lebih baiknya lagi adalah
kita menghidupkan sunnah rasul dalam keseharian, seperti yang telah dilakukan saudara kita di Inggris beberapa waktu yang
lalu.
6.
Mengagungkannya
Kita hendaknya berupaya selalu mengagungkan rasulullah, di antaranya dengan
menyebutkannya di awal do’a-do’a kita. Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa “Semua do’a itu terhalang, sampai
dibacakannya shalawat”.
7.
Mencintai mereka-mereka yang dicintai beliau SAW
Ketika kita mengaku mencintai Rasulullah, sudah selayaknya kita mencintai
orang-orang yang dicintai oleh beliau SAW. Kita hendaknya mengucapkan salam
untuk mereka dan meneladaninya.
Dari Abdillah bin Mughafal, Rasulullah
SAW bersabda, 'Takutlah kalian kepada
Allah dalam bersikap terhadap sahabatku setelah masaku. Dan janganlah kalian
menjadikan mereka sebagai tujuan (dalam celaan). Karena barang siapa yang
mencintai mereka maka dengan cintaku aku mencintainya (mencintai orang yang
mencintai sahabat). Dan barang siapa yang membenci mereka, maka dengan
kebencianku, aku membencinya. Barang siapa yang menyakiti mereka, maka ia
seperti menyakiti aku. Dan barang siapa yang menyakiti aku, hampir-hampir Allah
mengazabnya. (HR. Tirmidzi)
8. Berpegang pada “warisan” beliau SAW
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Aku
tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selamanya jika
berpegang teguh pada keduanya, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah” (HR Malik,
Muslim dan Ash habal Sunan).
In syaa Allah dengan berupaya melaksanakan itu semua, cinta kita
tak sekedar ucapan di bibir saja. Semoga Allah terus membimbing langkah kita.
Semoga kelak Allah mempertemukan kita dengan manusia yang
paling mulia, junjungan kita, uswah hasanah kita, Rasulullah SAW di dalam
jannah-Nya. aamiin yaa Robbal 'aalamiin.
wallohu a'lam bish showab