sumber gambar : dari sini
oleh : Della Kemalasari dan Tazkiyah Izzati
Sebagai manusia yang tanpa daya namun memiliki banyak keinginan, sudah selayaknya kita meminta pertolongan pada Dzat yang Maha Kuasa. Apalagi dalam banyak firman-Nya, Allah mempersilakan bagi hamba-Nya untuk "meminta". Mungkin yang jadi pertanyaan adalah bagaimana etika yang benar dalam berdo'a? Apakah ada kiat agar do'a kita dikabulkan? Dalam sebuah buku karangan Imam Ghazali yang berjudul "Kimiya-i-Sa'adat", beliau menguraikan tentang syarat-syarat dikabulkannya do'a dan adab berdo'a.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an surat Ghafir (40) ayat 60:"Berdoalah kepadaku, niscaya
akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembahku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.”
Dalam ayat ini, Allah menjamin bahwa doa-doa
kita akan terkabul dengan syarat-syarat tertentu, misalnya dari sikap ketika kita
berdoa.
Sikap kita pada saat berdoa sebaiknya itu rendah
hati (humble) terhadap Allah. Hal ini dibahas di surat Al A'raf ayat 55: “Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Sikap rendah hati dalam berdoa adalah
memasrahkan diri kepada Allah. Para ahli ulama mendefinisikan bahwa doa adalah
ekspresi tidak berdaya seorang manusia dan kebergatungan mutlaknya pada Allah
dalam segala hal. Sehingga, berdoa adalah masa dimana manusia jujur dan menyadari
ketidakmampuannya melakukan apapun tanpa rahmat dan bantuanNya.
Analoginya adalah seperti menyetir kendaraan. Kita
berada di jalan Allah dan segala ketentuannya, tetapi dalam hal ini kitalah
yang memegang kemudi. Kita bersikap pasrah di jalan Allah tapi kita harus yakin
bahwa kita tidak akan kecelakaan, seperti halnya kita harus yakin bahwa doa
kita akan dikabulkan. Semakin berulang kali dan sungguh-sungguh dalam berdoa, maka
semakin cepat doa kita akan dikabulkan.
Menurut Imam Ghazali, ada beberapa hari-hari atau
waktu-waktu mubarak yang mempermudah diijabahnya doa2 kita, antara lain:
- Yaumul urfa atau hari arafah (hari Haji)
- Pada bulan ramadan
- Pada waktu pagi dini hari
- Pada waktu tengah malam, sepertiga malam terakhir
Waktu dan aktivitas ketika doa menjadi
lebih sakral dan lebih mudah terkabulkan, diantaranya :
- ketika berjuang di medan perang (ini konteksnya untuk para ghazi atau para pejuang iman).
- ketika turun hujan
- pada waktu sholat wajib (maksudnya sebelum dan sesudahnya)
- pada waktu diantara adzan dan takbir
- ketika dalam keadaan berpuasa
Etika atau tatacara agar doa kita lebih mudah
terkabul
Ketika berdoa, ada gerakan tubuh yang
disarankan oleh Imam Ghozali, yaitu mengangkat kedua tangan, dan setelah berdoa
mengusap ke muka dan menyebut “Aamiin”. Gerakan ini bermanfaat untuk menguatkan iman.
Dalam arti bahwa orang yang berdoa memiliki beberapa kemungkinan, antara lain:
- apakah doanya dikabulkan, atau, sesuatu yang baik dan bermanfaat akan segera terjadi?
- apakah dosanya dihapus?
- Tetapi, dalam hal ini, orang yang berdoa harus yakin 100% bahwa doanya akan dikabulkan. Imam ghozali "ud 'ulloha wa antum muuqinuuna bil ijaabahu" (artinya, berdoalah pada Allah sementara kamu yakin penuh doamu diterima)
- Do'a harus dibuat dengan sungguh-sungguh, doa yang kosong dan lalai tidak akan dikabulkan. Dengan kata lain khusyu', tetap fokus serta menghadirkan hati (khudhuril qalbi) di hadapan Allah. Maksudnya adalah, saat akan, sedang dan sesudah berdoa kita tetap fokus kepada Allah. Mulut, pikiran, hati dan tindakan dijaga dari kemaksiatan kepada Allah. Orang-orang yang tunduk, taat dan patuh kepada Allah lebih banyak doanya dikabulkan.
- Doa harus teguh, gigih, terus menerus. Tidak baik kalau bersikap setengah hati, terutama jika sudah berdo'a lama-lama. Tidak baik setelah berdoa berulang kali lalu berpikir bahwa 'doa kita saya tidak berguna karena tidak pernah dikabulkan'.
Inti daripada do'a adalah “tidak pernah menyerah”. Karena, apa lagi yang bisa
dilakukan manusia selain dari berdo'a kepada satu-satunya yang bisa mengabulkan
doa. Hal ini adalah satu-satunya jalan agar doanya terkabul.
Imam Ghazali berkata bahwa di dalam do'a ada, terletak kesejahteraannya, karena tidak ada yang tahu waktu penerimaan doa. Katanya, "alhamdulillahilladzii bini' masshoolihat" (segala puji adalah untuk Allah, dan dengan bantuan-Nya-lah segala kebaikan menjadi sempurna). Daripada putus asa doanya belum terkabul, alangkah lebih baik jika berkata "alhamdulillahi 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah atas segala sesuatunya)
Imam Ghazali berkata bahwa di dalam do'a ada, terletak kesejahteraannya, karena tidak ada yang tahu waktu penerimaan doa. Katanya, "alhamdulillahilladzii bini' masshoolihat" (segala puji adalah untuk Allah, dan dengan bantuan-Nya-lah segala kebaikan menjadi sempurna). Daripada putus asa doanya belum terkabul, alangkah lebih baik jika berkata "alhamdulillahi 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah atas segala sesuatunya)
Sebelum berdo'a, ada beberapa tata cara yang
sebaiknya kita perhatikan:
- Pujilah terlebih dahulu kemurnian dan keagungan Allah
- Minta ampun terlebih dahulu atas dosa, termasuk kalau ada kesalahan tata bahasa
- Kirim shalawat pada Nabi,
- Berdoa dengan tulus dan ikhlas
Dalam hal shalawat ini, nabi sudah mengatakan
bahwa shalawat memberikan keuntungan pada pendoa, karena juga merupakan doa
favorit pada Allah atas berkat berlimpah Allah pada nabi. Oleh karena itu, apa
saja doa yang diminta dengan itu akan mendapat preferensi (lebih diutamakan)
dibanding do'a-do'a yang lainnya.
Imam Ghazali mengatakan bahwa biasanya do'a
tidak didengar karena:
- Kelalaian atau kesembronoan dalam hati: kelakuan kita yang masih tidak baik, lalai atau tidak menjalankan perintah Allah, atau bersikap sembrono, pelupa, dsb.
- Kegelapan dosa dalam hati: dosa-dosa yang telah lalu
Dulu Nabi Musa pernah berdo'a Istisqa dengan
para pengikutnya, beliau sampai 3 kali
berdoa pada Allah supaya diberi ampun atas bencana kelaparan parah, tetapi
do'a-do'anya tidak dikabulkan. Kemudian nabi dapat wahyu bahwa do'a-do'a tersebut tidak
dikabulkan karena diantara para pendo'a ada pemfitnah dan para pedagang yang
nakal (tidak jujur). Lalu nabi Musa memohon pada Allah untuk memberitahu nama-nama
orang tersebut supaya tidak diikutsertakan dalam do'a. Lalu Allah bersabda,
"Bagaimana kamu bisa mengharapkan Saya untuk melakukan hal yang dibenci
dan dilarang?" Lalu nabi Musa mengumpulkan semua pendo'a bersama-sama dan
meminta mereka untuk minta maaf / taubat pada Allah karena kejahatan mereka.
Setelah mereka melakukannya, lalu datanglah hujan rahmat.
Sama juga disini diceritakan Hazrat Malik Bin
Dinar (rahmatullah alaih) juga pernah pergi sholat berjamaah Istisqa untuk
meminta hujan, tapi tidak diterima. Lalu dia diberi tahu "bagaimana do'amu
dikabulkan, tetapi orang-orang yang ikut berdo'a bersamamu adalah orang-orang yang secara
fisik tubuhnya murni bersih, tetapi isi perutnya penuh dengan hal-hal yang
dilarang (alias haram), dan tangan-tangan mereka penuh darah (alias suka menindas dan
bertindak sewenang-wenang)?."
Terkabulkannya do'a bisa melalui berbagai cara, yaitu:
langsung dikabulkan oleh Allah, dihindarkan dari marabahaya, ditunda sampai pada saat yang tepat menurut-Nya dan dapat pula
diberikan nanti di akhirat.
Semoga dengan memahami adab dan syarat keterkabulan do'a ini, sebagaimana yang telah diuraikan Imam Ghazali, kita dapat memperbaiki tata cara berdo'a kita sehingga do'a-do'a kita semua diijabah oleh Allah. Aamiin Allohumma aamiin
Wallohu a'lam bish showab
Sumber : Kimiya-i-Sa'adat (Alchemy of Eternal Bliss) oleh Imam Ghazali,
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Muhammad Asim Bilal
No comments:
Post a Comment