Oleh : Tim Mulia
(disarikan dari tausyiah ust. Umar Baktir pada pengajian KPMI menyambut Maulud Nabi Muhambad SAW, tanggal 26 Februari 2011)
Pada zaman jahiliyah, sebelum Islam hadir, perilaku manusia penuh dengan pengaruh hawa nafsunya. Di Arab pada waktu itu, wanita memiliki kedudukan yang rendah, tidak ada harganya. Bahkan pada waktu itu, dikenal ada 3 macam pernikahan, yaitu : pernikahan biasa (seperti yang berlaku umum), dan 2 pernikahan yang lain “sangatlah” tidak memuliakan wanita. Jenis pernikahan yang kedua, si suami menyuruh istrinya untuk selingkuh dengan laki-laki lain untuk mendapatkan bibit yang baik bagi keturunannya. Adapun jenis pernikahan yang ketiga, perempuan pada waktu itu bisa melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki. Jika ia hamil, ia akan menunjuk salah satu, di antara lelaki yang pernah “bersamanya”, siapa yang berhak untuk menjadi ayah dari bayi yang dikandungnya. Pernikahan jenis ini dikenal dengan nikah istibdho’.
Di tengah kondisi Arab jahiliyah itu, lahirlah seorang Muhammad bin Abdullah. Beliau inilah yang kemudian diangkat oleh Allah menjadi Nabi yang terakhir dan akan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzaab: 21]
Allah menurunkan rasul (Muhammad SAW) dari kalangan umat manusia. Dengan sendirinya, itu bermakna bahwa rasulullah adalah manusia juga, Syariat yang beliau sampaikan bagi kita, umatnya, telah beliau contohkan dengan baik.
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman.” [At-Taubah : 128]
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah sangat membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Diantara perubahannya adalah Islam sangat memuliakan wanita. Dari siroh yang sering kita baca/dengar, kita akan tahu bahwa rasulullah sangat memuliakan wanita.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah tidak pernah marah pada istrinya.
Al kisah, suatu ketika Rasulullah terlambat pulang ke rumah. Beliau mengetuk pintu. Setelah 3x mengetuk pintu, Aisyah ra. Tidak terbangun untuk membukakan pintu. Rasulullah pun tidak layak mendobrak pintu/memaksakan masuk. Akan tetapi, beliau tidur di depan pintu. Di tengah malam, Aisyah terbangun dan kemudian membuka pintu. Lantas Aisyah pun menangis saat melihat Rasulullah tertidur di depan pintu. Aisyah menanyakan mengapa rasulullah tidak berteriak/mengetuk pintu yang keras untuk membangunkannya. Rasulullah mengatakan bahwa beliau tidak ingin mengganggu istrinya. Subhanalloh, betapa mulia akhlak beliau kepada istrinya.
Kecintaan rasulullah pada istrinya sungguh luar biasa, dan mungkin yang kemudian menjadi pertanyaan bagi sebagian orang adalah, mengapa kita harus mencintai Rasulullah? Jawabannya adalah karena beliau sangat mencintai kita, umatnya.
Pada siroh disebutkan, saat malaikat Jibril datang kepada Rasulullah untuk menyampaikan bahwa waktu detik-detik kematian rasulullah telah dekat. Rasulullah kemudian bertanya, « apa bentuk pemuliaan untukku ? » Malaikat Jibril menjawab, « Jangan khawatir rasulullah, para malaikat telah berbaris rapi untuk menyambut ruh-mu Rasulullah. » kemudian Rasulullah kembali bertanya, “ apa bentuk pemuliaan untuk umatku?” . kemudian malaikat Jibril menjawab, “ Umatmu diutamakan saat akan masuk surga”. Subhanalloh…di saat-saat akhir seperti ini, rasulullah masih memikirkan kita, umatnya. Dan masih banyak kisah lain yang menggambarkan kecintaan beliau pada kita. Rasulullah SAW pernah berpesan, apabila kita mencintai sesuatu/seseorang, maka perkenalkanlah, perhatukanlah (kebutuhannya) dan berilah pujian. Hal ini bisa diaplikasikan oleh para suami yang benar-benar mencintai istrinya, yaitu : memperkenalkan istrinya pada khalayak umum (tidak menutup-nutupi), memperhatikan kebutuhannya/kesukaannya (dan berusaha memenuhinya, tentunya), dan memberikan pujian.
Pesan Rasulullah tersebut juga bisa kita aplikasikasikan sebagai wujud kecintaan kita pada Beliau. Diantaranya dengan mengenal (berusaha membaca sirohnya) dan memperkenalkan beliau sebagai rasul kita, memperhatikan ajaran-Nya (mengetahui dan melaksanakan ajarannya) dan memujinya (dengan bersholawat).
“Apa yang diberikan oleh Rasulullah kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Surah al-Hasyr: 7)
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ( Al Ahzab: 56)
Rasulullah bersabda, Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, yang kalian tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh dengannya, yaitu: kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnahku (HR. Hakim).
Demikianlah, semoga kita tergolong umat Rasulullah yang bisa tetap istiqomah dalam memegang teguh Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga nanti kita tergolong umatnya yang mendapat syafaat di yaumil akhir.
Wallohu a’lam bish showab
No comments:
Post a Comment